Selasa, 21 Oktober 2014

Cuma temen

Bel berbunyi, alunan iramanya model jaman sekarang ketika bel berbunyi bukan “kring….!” lagi. Dan seperti biasa anak-anak berhamburan keluar kelasnya. Beberapa anak ada yang pergi ke kantin, perpustakaan, Mushola, atau bahkan ada yang masih tetap nongkrong di kelas. “Ah nyamperin Ira kekelasnya” pikirku. Jarak dari kelasku ke kelas Ira deket banget ya jelas aja kelasku XI IIS 4 sementara Ira kelas XI IIS 3. Sebelum jalan ke kelasnya, aku berusaha nanya ke temen sekelasnya yang ada di depan pintu.
“Ira masuk ngga hari ini?” teriakku dari depan kelas.
“bentar gue liat” katanya, sambil masukin kepala ke dalem kelas.
“eh ngga masuk tuh Sa, telat sih katanya” katanya lagi
“oh yaudah”
Tanpa basa-basi, aku langsung bbm Ira. “Ra, lo kok bisa telat sih?” kukirim dan… Baru D (Deliv). Oke sambil cerita sedikit, sekarang peraturannya udah semakin ketat. Telat 10 menit aja disuruh pulang makanya banyak anak yang sengaja telat supaya bisa pulang awal. Hp bergetar, kayaknya Ira nih. “sengaja sih Sa, abis enak di rumah sama ibu lagipula ibu ngga marah. Ibu malah ngajak makan keluar” jawabnya singkat.  “terlalu enak kayak gini, pengenkali kayak gitu juga” gumamku. Aku hanya read karena aku memplay lagu Calvin Harris-Summer dan langsung me-lock screen. Istirahat pertama cuma 15 menit dan tak terasa sudah harus masuk kelas lagi. Temen sebangku Rafa namanya, dia jadi moodboster saat lagi bored ngga ada temen gini. Dia selalu tau caranya bikin tertawa, entah itu dengan lawakannya, dengan ledekannya, atau dengan tingkahnya. Cowok tinggi, gemuk, kacamataan dan seorang otaku ini emang nggemesin. Seringkali aku bersandar di pundaknya karena empuk. Selagi asik bercanda sama Rafa, aku sampai tak menghiraukan apa yang guru Matematika ini jelaskan. Akhirnya kami berhenti bergurau, aku menyangga kepala dengan kepalan telapak tangan. Tiba-tiba…
“Kamu kenapa?”
“Hah? Saya nggak apa kok bu”
“Retsa! kamu galauin siapa? Atau kamu lagi banyak utang ya?” kata guru itu serta,  anak anak mentertawakanku.
“Nggak kok bu nggak”
“kamu galauin pacar ya? Pacar kamu ada disini?” katanya.
“Rafa bu!” teriak salah satu teman
“Yang mana?”
“Itu disebelahnya bu”
“Kamu ngapain dia? Kok dia sampe galau gitu?”
“biasa bu, dia ngga pernah ngertiin saya”
“ih….” Gerutuku
“udah deh ngga usah ngeles lagi”
“dasar anak muda ini, yasudah kalian selesaikan masalah kalian nanti aja sekarang fokus ke materi saya dulu” sambil melanjutkan materinya.
2 jam berlalu, 1 jam terdiri dari 45 menit jadi 2 jam 90 menit. Sementara Matematika harus 90 menit untuk anak IIS rasanya seperti seharian penuh angka, berlebihan memang. Setelah matematika, pelajaran selanjutnya adalah Ekonomi.
“Tumben gurunya rada lama datengnya. Gue tidur dulu ah, nanti kalo udah dateng bangunin gue”
“Ogah”
“Dih? Gitu temen?”
Baru Rafa mau meletakan kepalanya di meja, aku langsung membangunkannya karna memang gurunya sudah di depan pintu.
“yah baru mau naro pala”
“emang enakkkk” wajah ngeledek. Tanpa basa-basi dia langsung memegang kepalaku dengan kedua telapak tangannya yang besar.
Rupanya guru Ekonomi masuk sebentar hanya memberi tugas karena beliau mau pergi ke Dinas. Setelah beliau keluar kelas Rafa nampak mulai kesal.
“lah? Tau gitu tadi lanjut tidur dah”
“ahahahaha, kasian amatttt”
“songong lu, gue mau lanjut. Lo kerjain nanti gue liat oke” sambil belai kepala
“iye tidur gihdah” aku tersenyum kecut.

Rafa benar-benar melanjutkan tidurnya, melilitkan kepalanya dengan handuk kecilnya. Sementara aku sedikit bergumam dalam lamunanku. "Dia emang cuma temen gue. Tapi mungkin ngga ya gue suka sama dia seperti apa yang temen-temen bilang? Nggak sekarang sih, mungkin nanti" aku bergumam dalam hati sambil tak sengaja memandangi Rafa yang sedang tertidur.
"Ah, nggak lah nggak mungkin, kita cuma temen" aku menghapus semua andai-andaiku tadi dan segera mengerjakan tugas Ekonomi di depan mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar