Bel berbunyi, alunan iramanya model
jaman sekarang ketika bel berbunyi bukan “kring….!” lagi. Dan seperti biasa
anak-anak berhamburan keluar kelasnya. Beberapa anak ada yang pergi ke kantin,
perpustakaan, Mushola, atau bahkan ada yang masih tetap nongkrong di kelas. “Ah
nyamperin Ira kekelasnya” pikirku. Jarak dari kelasku ke kelas Ira deket banget
ya jelas aja kelasku XI IIS 4 sementara Ira kelas XI IIS 3. Sebelum jalan ke
kelasnya, aku berusaha nanya ke temen sekelasnya yang ada di depan pintu.
“Ira masuk ngga hari ini?” teriakku
dari depan kelas.
“bentar gue liat” katanya, sambil
masukin kepala ke dalem kelas.
“eh ngga masuk tuh Sa, telat sih
katanya” katanya lagi
“oh yaudah”
Tanpa basa-basi, aku langsung bbm
Ira. “Ra, lo kok bisa telat sih?” kukirim dan… Baru D (Deliv). Oke sambil
cerita sedikit, sekarang peraturannya udah semakin ketat. Telat 10 menit aja
disuruh pulang makanya banyak anak yang sengaja telat supaya bisa pulang awal. Hp
bergetar, kayaknya Ira nih. “sengaja sih Sa, abis enak di rumah sama ibu lagipula
ibu ngga marah. Ibu malah ngajak makan keluar” jawabnya singkat. “terlalu enak kayak gini, pengenkali kayak
gitu juga” gumamku. Aku hanya read karena aku memplay lagu Calvin Harris-Summer dan langsung me-lock screen. Istirahat
pertama cuma 15 menit dan tak terasa sudah harus masuk kelas lagi. Temen sebangku
Rafa namanya, dia jadi moodboster saat lagi bored ngga ada temen gini. Dia selalu
tau caranya bikin tertawa, entah itu dengan lawakannya, dengan ledekannya, atau
dengan tingkahnya. Cowok tinggi, gemuk, kacamataan dan seorang otaku ini emang
nggemesin. Seringkali aku bersandar di pundaknya karena empuk. Selagi asik
bercanda sama Rafa, aku sampai tak menghiraukan apa yang guru Matematika ini
jelaskan. Akhirnya kami berhenti bergurau, aku menyangga kepala dengan kepalan
telapak tangan. Tiba-tiba…
“Kamu kenapa?”
“Hah? Saya nggak apa kok bu”
“Retsa! kamu galauin siapa? Atau kamu lagi
banyak utang ya?” kata guru itu serta, anak anak mentertawakanku.
“Nggak kok bu nggak”
“kamu galauin pacar ya? Pacar kamu
ada disini?” katanya.
“Rafa bu!” teriak salah satu teman
“Yang mana?”
“Itu disebelahnya bu”
“Kamu ngapain dia? Kok dia sampe
galau gitu?”
“biasa bu, dia ngga pernah ngertiin
saya”
“ih….” Gerutuku
“udah deh ngga usah ngeles lagi”
“dasar anak muda ini, yasudah kalian
selesaikan masalah kalian nanti aja sekarang fokus ke materi saya dulu” sambil
melanjutkan materinya.
2 jam berlalu, 1 jam terdiri dari 45
menit jadi 2 jam 90 menit. Sementara Matematika harus 90 menit untuk anak IIS
rasanya seperti seharian penuh angka, berlebihan memang. Setelah matematika,
pelajaran selanjutnya adalah Ekonomi.
“Tumben gurunya rada lama datengnya.
Gue tidur dulu ah, nanti kalo udah dateng bangunin gue”
“Ogah”
“Dih? Gitu temen?”
Baru Rafa mau meletakan kepalanya di
meja, aku langsung membangunkannya karna memang gurunya sudah di depan pintu.
“yah baru mau naro pala”
“emang enakkkk” wajah ngeledek. Tanpa
basa-basi dia langsung memegang kepalaku dengan kedua telapak tangannya yang
besar.
Rupanya guru Ekonomi masuk sebentar
hanya memberi tugas karena beliau mau pergi ke Dinas. Setelah beliau keluar kelas Rafa
nampak mulai kesal.
“lah? Tau gitu tadi lanjut tidur dah”
“ahahahaha, kasian amatttt”
“songong lu, gue mau lanjut. Lo kerjain
nanti gue liat oke” sambil belai kepala
“iye tidur gihdah” aku tersenyum
kecut.
Rafa benar-benar melanjutkan
tidurnya, melilitkan kepalanya dengan handuk kecilnya. Sementara aku sedikit bergumam dalam lamunanku. "Dia
emang cuma temen gue. Tapi mungkin ngga ya gue suka sama dia seperti apa yang
temen-temen bilang? Nggak sekarang sih, mungkin nanti" aku bergumam dalam
hati sambil tak sengaja memandangi Rafa yang sedang tertidur.
"Ah,
nggak lah nggak mungkin, kita cuma temen" aku menghapus semua
andai-andaiku tadi dan segera mengerjakan tugas Ekonomi di depan mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar